Kamis, 06 April 2017

Pengantar Akuntasi 2

Pengantar akuntansi adalah seni ketrampilan dalam hal mencatat dan mengolah data transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan. Karena sifatnya pengantar, maka disini ditekankan penjelasan secara umum atas ilmu akuntansi.


Pengertian Persediaan 

Pengertian persediaan menurut Syakur (2009;125) sebagai berikut :
“Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek pokok aktivitas perusahaan yang tersedia untuk di olah dalam proses produksi atau di jual”.

Pengertian persediaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.5),
persediaan diartikan sebagai berikut :
Persediaan adalah aset :
a. Tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha biasa
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk di gunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Persedian menurut Kieso, Weygant dan Warfield (2007;402) pengertian persediaan adalah :
Inventory are asset items held for sale in the ordinary course of business or goods that will be used or consumed in the production of goods to be sold.”
Kutipan di atas jika diterjemahkan adalah :
“Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk di jual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan di gunakan atau di konsumsi dalam membuat barang yang akan di jual”.
Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat diartikan bahwa persediaan adalah unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang dilakukan secara terus menerus di produksi.

Sifat Persediaan

Persediaan merupakan unsur aktiva yang bersifat mudah diuangkan atau bernilai tinggi. Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan dagang dan manufaktur.

Pada perusahaan dagang persediaannya adalah barang dagangan(Merchandise Inventory).
Pada perusahaan manufaktur yang termasuk persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

Arti Penting Persediaan dalam perusahaan.

Menurut Jusup Al Haryono (2005;184) menyatakan bahwa arti penting persediaan barang dagangan adalah :
“Persediaan barang dagangan adalah merupakan elemen aktiva yang sangat aktif dalam operasi perusahaan-perusahaan dagang, karena pembelian dan penjualan barang dagangan merupakan aktivitas atau transaksi yang paling sering terjadi. Persediaan barang dagangan pada umumnya dinilai pada harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar atau nilai yang diharapkan dapat direalisasikan.”

Persediaan pada umumnya dipisahkan berdasarkan pokok pikiran meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaan. disamping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan merupakan aktivitas yang paling sering terjadi.

Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan laba rugi maupun neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahaan industri, persediaan seringkali merupakan bagian yang terbesar dari keseluruhan aktiva ancar yang dimiliki perusahaan. Laporan laba rugi maupun neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan laba rugi maupun neraca. Dalam perhitungan laba rugi nilai persediaan (awal dan akhir) mempengaruhi besarnya Hargga Pokok Penjualan (HPP).

Menurut Soemarso S. R (2004;384)
menyatakan bahwa arti penting dari persediaan adalah: “Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan baik neraca maupun laba rugi. Persediaan barang dagang yang tercantum di neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada akuntansi.
Di laporan laba rugi, persediaan barang dagang muncul dalam harga pokok penjualan. Ada saling berhubungan antara persediaan di neraca dengan laporan laba rugi, bahkan ada saling berhubungan antara persediaan barang pada tahun berjalan dengan tahun tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang.
Dari adanya saling berhubungan, terlihat betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba (rugi) dalam posisi keuangan perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan tetapi juga tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang akan mempengaruhi tidak saja laporan laba rugi dan neraca tahun berjalan tetapi juga neraca dan laporan laba rugi tahun yang akan datang.”

Penggolongan Persediaan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.7)
menyatakan bahwa : Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragrap 18, di mana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait (lihat PSAK 23): pendapatan.

Penggolongan persediaan tergantung pada karakteristik perusahaan itu sendiri, yaitu apakah perusahaan dagang atau industri. Bagi perusahaan dagang yang usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, persediaannya meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dan siap untuk dijual kembali kepada pelanggan. Dengan kata lain perusahaan membeli barang dengan tujuan untuk dijual kembali. Persediaan dalam perusahaan dagang dan pedagang eceran (retailer) disebut persediaan barang dagangan (merchandise inventory) sedangkan dalam perusahaan industri (manufacture) , persediaan terdiri dari :
14.7-inventory-manufacturing-stages
  1.  Persediaan Bahan Baku atau Mentah (Raw Material)
    Bahan baku merupakan barang-barang yang di peroleh dalam keadaan yang harus dikembangkan yang akan menjadi bagian utama dari barang jadi. Jika membuat sepeda, salah satu bahan mentah adalah pipa baja. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung (bahan penolong).
    1. Bahan Baku Langsung (Direct Material)
      adalah semua bahan baku yang merupakan bagian dari barang jadi yang dihasilkan.
    2. Bahan baku tidak langsung (Indirect Material) atau bahan penolong
      adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung tampak pada barang yang dihasilkan.
  2. Persediaan Bahan Dalam Proses (Work In Process)
    Persediaan bahan dalam proses adalah persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi sehingga belum menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Adapun unsur-unsur biaya yang terkandung didalam persediaan ini meliputi :
    1. Biaya Bahan Langsung (Direct Material)
      Biaya bahan yang secara langsung dikaitkan dengan barang-barang dalam produksi.
    2. Biaya Upah Langsung (Direct Labour)
      Seluruh biaya karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi sampai menjadi produk jadi yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk dan upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk.
    3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Expense)
      Terdiri dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang-barang, selain bahan langsung dan upah langsung, biaya-biaya yang termasuk biaya overhead pabrik ini antara lain :
      1. Bahan Penolong
      2. Upah Tidak Langsung
      3. Biaya Penyusutan Pabrik, Mesin atau Peralatan Pabrik (Depresiasi)
      4. Pemeliharaan (Maintanance)
      5. Perbaiakan (Reparation)
      6. Pajak Kekayaan (Property taxes)
      7. Biaya asuransi (Insurance expense)
      8. Biaya penerangan, pemanasan dan pembangkit tenaga
      9. Biaya administrasi atau manajemen yang ada kolerasinya dengan kegiatan produksi.
  3. Barang Jadi (Finished Good)
    Barang jadi adalah barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan siap untuk dijual ke konsumen. Selain itu barang jadi yang merupakan hasil produksi suatu perusahaan industri baik sebagai hasil produk selesai, juga merupakan barang yang digunakan pada proses produksi yang lebih lanjut pada saat produk selesai biaya diakumulasikan dalam proses produksi yang ditransfer dari barang dalam proses perkiraan barang jadi.

Jenis-jenis persediaan

Menurut Iman Santoso (2006;143) berbagai jenis persediaan dalam material (cost) perusahaan dagang maupun industri dapat dikelompokkan sebagai berikut :

  1. Persediaan bahan baku (raw material)
    yaitu bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam proses produksi.
  2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process)
    yaitu bahan baku yang sedang diproses dimana nilainya merupakan akumulasi biaya bahan baku (raw material cost),biaya tenaga kerja (direct labor cost), dan biaya overhead (factory overhead cost).
  3. Persediaan barang jadi (finished goods)
    yaitu barang jadi yang berasal dari barang yang telah selesai diproses telah siap untuk dijual sesuai dengan tujuannya.
  4. Persediaan bahan pembantu (factory/manufacturing supplies)
    yaitu bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang dihasilkan.
  5. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory)
    yaitu barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
Dari ulasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang dimiliki oleh perusahaan berbeda-beda tergantung pada sifat dan jenis, yaitu persediaan barang dagangan pada perusahaan dagang. Sedangkan bagi perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan persediaan bahan pembantu.

Pengukuran Persediaan

Salah satu masalah terkait dengan persediaan adalah mengukur nilai persediaan tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi (2011;14.8) menyatakan bahwa persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai biaya yang termasuk dalam biaya persediaan, rumus biaya yang dapat digunakan oleh suatu entitas yang mencerminkan asumsi arus biaya yang mencerminkan pengeluaran biaya persediaan, metode nilai realisasi neto, dan metode lainnya.
inventory-carrying-cost
  • Biaya Persediaan
    Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
    • Biaya Pembelian
      Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
    • Biaya Konversi
      Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.
      Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead
      produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
       
      prime-and-conversion-cost
       
    • Biaya-biaya Lain
      Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
      Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead
      nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai
      biaya persediaan.
      Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:
      • Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal;
      • Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya.  

Metode Pencatatan Persediaan.

Dalam mengelola transaksi pembelian dan penjualan persediaan barang dagang Akuntansi memiliki 2(dua) metode pencatatan dan perusahaan dapat memilih salah satu diantaranya, kedua metode pencatatan tersebut adalah:

  • Metode Pencatatan Persediaan Perpetual(Perpetual Inventory Method)
  • Metode Pencatatan Persediaan Fisik/Periodik (Physical Inventory Method/Periodic System)
Metode Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory Method)
Menurut Dunia A. Firdaus (2005;160) pengertian metode persediaan perpetual adalah sebagai berikut :
”Pencatatan perpetual yaitu pencatatan atas transaksi persediaan yang dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun terhadap pengeluaran persediaan.” Dalam metode ini, pencatatan persediaan dilakukan dalam kartu persediaan yang menggambarkan persediaan sebenarnya.

merchandise-inventory-perpetual 
Pencatatan atas transaksi dilakukan secara terus-menerus untuk setiap jenis persediaan dan untuk menjamin keakuratan jumlah persediaan perhitungan fisik persediaan biasanya dilakukan setahun sekali.
Pencatatan persediaan dengan menggunakan metode ini ditujukan terutama untuk barang yang bernilai tinggi dan untuk barang yang mudah dicatat pemasukan dan pengeluarannya digudang.
Perusahaan yang menjual barang dagangan yang mahal harganya, seperti mobil, mebel peralatan rumah tangga, biasanya menggunakan metode pencatatan persediaan perpetual.
Karakteristik akuntansi dari metode pencatatan perpetual Menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2007;394) adalah :
  1. Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan ke pembelian.
  2. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian didebet ke persediaan dan bukan ke akun terpisah.
  3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan mengkreditkan persediaan.
  4. Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada ditangan.
  5.  
merchandise-inventory-periodic 
Metode Pencatatan Persediaan Fisik/Periodik (Physical Inventory Method/Periodic System). Menurut Kieso, Weygant, & Warfield (2007;404) pengertian metode persediaan fisik yaitu sebagai berikut :
“The quantity of inventory in the hands of determined, as implied by its name, periodically. All purchase of inventory during the by debiting the account purchase accounting period are recorded.”
Penjelasan kutipan diatas adalah :
“Kuantitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian.”
Pada metode ini setiap pemasukan dan pengeluaran persediaan dicatat dalam perkiraan yang berbeda yaitu pembelian dan penjualan. Kelemahannya yaitu perusahaan tidak dapat mengetahui besarnya persediaan yang ada pada suatu saat tertentu dan tidak dapat mengetahui harga pokok barang yang dijual untuk setiap transaksi penjualan yang terjadi.
Pada umumnya metode periodik digunakan pada perusahaan yang menjual barang yang harganya relatif murah tapi frekuensi penjualannya cukup sering.
Cara menghitung Harga Pokok Penjualan sebagai berikut :

periodic-invt-meth-cogs 

HPP-indonesia 
Berdasarkan uraian diatas, untuk dapat mengitung harga pokok penjualan diperlukan data persediaan awal (beginning inventory) dan persediaan akhir (ending inventory). Untuk dapat menyediakan data tersebut perlu dibuka perkiraan persediaan barang. Selama satu periode, perkiraan persediaan barang memperlihatkan jumlah persediaan awal. Pada akhir periode jumlah persediaan awal dikeluarkan dari perkiraan barang dan diganti dengan persediaan akhir.

Metode untuk menilai Persediaan.

Untuk menilai persediaan barang dagang, ini dapat dihitung dengan 3 metode harga pokok yaitu:
  1. Metode FIFO, yaitu barang yang lebih awal masuk yang dikeluarkan kali pertama sehingga saldo akhir persediaan ini menunjukkan barang yang dibeli terakhirFIFO-Inv-Method-Perpetual 
  2.  
  3. Metode LIFO, yaitu barang yang lebih akhir masuk yang dikeluarkan kali pertama sehingga saldo akhir persediaan ini menunjukkan barang yang dibeli terawal.LIFO-Inv-Method-Perpetual
  4. Metode Rata-rata, yaitu pengeluaran barang ditentukan secara acak sehingga penentuan harga pokok untuk metode ini dicari nilai rata-ratanya.Weighted-Average-Inv-Method-Periodic
  5. Metode Penilaian Persediaan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.23)
    menyatakan bahwa penilaian persediaan adalah :
    Biaya persediaan harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya
    masuk pertama keluar (MPKP) atau rata-rata tertimbang (Weighted average cost method). Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang dimiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.
    Apabila barang-barang yang sejenis dibeli selama satu periode akuntansi dengan harga pokok yang berbeda-beda, maka timbul masalah mengenai harga pokok mana yang akan digunakan untuk persediaan akhir barang yang akan dijual.

Pencatatan Persediaan.

Perbedaan Metode Pencatatan Persediaan Perpetual Dengan Metode Pencatatan Persediaan Fisik Menurut Syafi’I Syakur Ahmad (2009;129) menyatakan perbedaan dari metode pencatatan persediaan perpetual dengan metode pencatatan persediaan fisik, adalah sebagai berikut :periodic-inventory-vs-perpetual-inventory-1-638
  1. Metode Perpetual
    1. Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.
    2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagang.
    3. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan harga pokok penjualan.
    4. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.
  2. Metode Periodik / Fisik
    1. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.
    2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-masing.
    3. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode secara agregat.
    4. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan dan sulit untuk ditentukan harga pokok setiap terjadi penjualan.
Sedangkan perbedaan jurnal pencatatan persediaan menurut metode persediaan perpetual dengan metode fisik, menurut Syafi’I Syakur Ahmad (2009;130) adalah sebagai berikut :

Metode Perpetual
Transaksi Pembelian
Secara Tunai :
Dr……………………………. Persediaan (Inventory)
Cr……………………………………… Kas (Cash)
Secara Kredit :
Dr…………………………… Persediaan (Inventory)
Cr…………………………………….. Hutang Dagang (Account Payable)
Transaksi Retur Pembelian.
Secara Tunai:
Dr……………………………. Kas(Cash)
Cr……………………………………… Persediaan (Inventory)
Secara Kredit :
Dr…………………………… Hutang Dagang (Account Payable)
Cr…………………………………….. Persediaan (Inventory)
Transaksi Penjualan.
Secara Tunai :
Dr………………………….. Kas (Cash)
Cr……………………………………. Penjualan (Sales)
Dr……………………….. Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
Cr…………………………………. Persediaan (Inventory)
Secara Kredit :
Dr…………………………. Piutang Dagang (Account Receiveable)
Cr…………………………………… Penjualan (Sales)
Dr……………………….. Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
Cr…………………………………. Persediaan (Inventory)
Transaksi Retur Penjualan
Secara Tunai :
Dr………………………… Retur Penjualan
Cr. ……………………………….. Kas (Cash)
Dr……………………….. Persediaan (Inventory)
Cr…………………………………. Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
Secara Kredit :
Dr………………………… Retur Penjualan
Cr………………………………… Piutang Dagang (Account Receivable)
Dr………………………. Persediaan (Inventory)
Cr……………………………….. Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
contoh-jurnal-perpetual-periodik 

Metode Periodic
Transaksi Pembelian
Secara Tunai :
Dr……………………..Pembelian(Purchases)
Cr………………………………. Kas (Cash)
Secara Kredit :
Dr…………………… Pembelian (Purchases)
Cr…………………………….. Hutang Dagang (Account Payable)
Transaksi Retur Pembelian
Secara Tunai :
Dr………………….. Kas (Cash)
Cr……………………………. Retur Pembelian (Purchases Return)
Secara Kredit :
Dr………………… Hutang Dagang (Account Payable)
Cr……………………………. Retur Pembelian (Purchases Return)
Transaksi Penjualan
Secara Tunai :
Dr………………. Kas (Cash)
Cr…………………………. . Penjualan (Sales)
Secara Kredit :
Dr…………….. Piutang Dagang (Account Receivable)
Cr……………………………. Penjualan (Sales)

Mencatat Ongkos Angkut atas Persediaan.

Ada 2(dua) istilah yang dikenal dalam proses pengiriman barang, baik pada saat dibeli maupun dijual, kedua istilah tersebut adalah:
FOB
  • Free On Board Destination (F.O.B. Destination).
  • Ongkos angkut atas pengiriman barang ditanggung oleh PENJUAL.
  • Free On Board Shipping Point (F.O.B. Shipping Point).
    Ongkos angkut atas pengiriman barang ditanggung oleh PEMBELI.
    Dibawah ini disajikan contoh pencatatan ongkos angkut, baik untuk metode periodic maupun perpetual.contoh-jurnal-perpetual-periodik

 

Pengertian Piutang.

Beberapa pengertian Piutang, antara lain:

AR-1

  • “Piutang meliputi semua transaksi pembelian secara kredit tetapi tidak membutuhkan suatu bentuk catatan atau surat formal yang ditandatangani yang menyatakan kewajiban pihak pembeli kepada pihak penjual”.
  • “Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari sipenjual kepada sipembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi”.
  • “Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”.
  • “Piutang berisikan pemberian kredit yang diberikan perusahaan kepada konsumennya ketika menjual barangnya. Mereka mengambil setiap bentuk penjualan kredit dimana perusahaan meneruskannya kembali kepada perusahaan lain”.
  • “Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk memperbesar penjualan”.
  • “Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit”.accounts-receivable-big 
  • “Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, dalam kegiatan normal perusahaan biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar”.
  • “Piutang (receivables) merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit”.
  • “Piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu”.
  • “Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan”.
  • “Piutang adalah klaim terhadap sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang”.
  • “Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.
  • “Piutang meliputi jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit”.
  • “Piutang dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas”.
  • “Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo”.
    “Piutang dagang (account receivable) merupakan “
    tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan”.
  • “Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk maksud akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang”.
  • “Piutang adalah tagihan yang ditujukan baik itu kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas”.
  • “Merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit kepada perusahaan lain”.

Jenis Jenis Piutang

Pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi Piutang dagang/usaha(Account Receivables), Piutang wesel(Notes Receivables) dan Piutang lain-lain(Others Receivables). 
AR-2
  • Piutang dagang/Piutang usaha(Account Receivables). Piutang dagang terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit kepada pihak lain/perusahaan lain. Piutang dagang adalah tagihan kepada pelanggan yang sifatnya terbuka, dalam arti bahwa tagihan ini tidak disertai instrument kredit. Piutang dagang berasal dari penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit dalam operasi usaha normal (Slamet sugiri, 2009 : 43)
  • Piutang wesel Piutang wesel(Notes Receivables). adalah klaim yang dibuktikan dengan instrument kredit secara formal. Instrument kredit ini mesyaratkan debitor untuk membayar dimasa yang akan datang pada tanggal yang sudah ditentukan misalnya minimal 60 hari setelah tanggal penandatanganan wesel (Slamet sugiri, 2009 : 43). Piutang wesel merupakan janji tertulis yang dibuat oleh pihak debitor (yang berutang) kepada pihak kreditor (yang memberi utang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam surat janji tersebut pada waktu yang telah ditentukan dimasa yang akan datang. Jangka waktu piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.
  • Piutang lain-lain(Others Receivables). Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha (Slamet sugiri, 2009 : 43). Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang maupun piutang wesel.

 

Pengertian dan Pencatatan Notes Receivable(1).

Notes Receivable atau sering disebut sebagai “Wesel Tagih” merupakan sebuah dokumen yang berisikan janji untuk membayar kepada orang/perusahaan tertentu (payee) sejumlah uang tertentu disuatu tempat tertentu pada tanggal tertentu, didalam Notes Receivable dapat ditambah dengan bunga (interest).
Salah satu contoh Notes Receivable:

Notes-Rec-a
Ada 2 macam Notes Receivable:
1. Notes yang berbunga – Interest bearing Notes.
2. Notes tidak berbunga – Non Interest bearing Notes.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan Notes Receivable.
  • Suku bunga yang dimaksud adalah besarnya bunga dalam 1(satu) tahun.
  • Nilai sebuah notes pada tanggal jatuh tempo disebut Maturity Value.
  • Maturity Value untuk Interest bearing Notes = Nilai pokok + besarnya bunga.
  • Maturity Value untuk Non Interest bearing Notes = Nilai pokok.
  • Notes Receivable atau “Wesel Tagih” jika memiliki jangka waktu 1(satu)tahun atau lebih maka akan disajikan didalam Neraca(Balance Sheet) sebagai Piutang Jangka Panjang (Longterm Receivable) sedangkan jika jangka waktunya kurang dari 1(satu) tahun akan disajikan dalam Neraca(Balance Sheet) sebagai Current Receivable(Piutang Lancar).
notes-rec-form-1 
Cara mencatat Notes Receivable:
Contoh :
Tanggal 9 Mei 2009 PT. ATTT melakukan penjualan dan menerima wesel tak berbunga dan berjangka waktu 60 hari, sejumlah Rp 5.000 dari PT. ALLL.
Jurnal yang dibuat :
Notes Receivable/Wesel Tagih……………. Rp 5.000
Sales/Penjualan……………………………. Rp 5.000
Pada tanggal yang sama juga dilakukan penjualan pada PT ADDD dan sebuah wesel berbunga 14 % dan berjangka waktu 90 hari, sejumlah Rp 10.000 diterima dari PT. ADDD.
Jurnal yang dibuat :
Notes Receivable/Wesel Tagih……………. Rp 10.000
Sales/Penjualan……………………… Rp 10.000
Pada tanggal 10 Mei 2009 PT. ABBB menyerahkan Wesel Tagih berjangka waktu 90 hari dengan tingkat suku bunga 14% bernilai Rp. 12.000 untuk menggantikan Hutangnya yang telah jatuh tempo sejumlah yang sama.
Jurnal yang dibuat :
Notes Receivable/Wesel Tagih…………….. Rp 12.000
Account Receivable/Piutang Dagang………. Rp 12.000
 

 

Pengertian dan Pencatatan Notes Receivable(2).

interest_rate 
Pada tanggal 9 Mei dilakukan penjualan pada PT ADDD dan sebuah wesel berbunga 14 % dan berjangka waktu 90 hari, sejumlah Rp 10.000 diterima dari PT. ADDD.
Menghitung tanggal jatuh tempo(Due Date):
Bulan Mei (31 hari – 9 hari)……………… … ……= 22 hari
Bulan Juni …………..……………..………………. = 30 hari
Bulan Juli …………..………………………………. = 31 hari
Bulan Aug (7 hari)…………………………………… = 7 hari
Total……………………………………………… ……= 90 hari
Sehingga tanggal jatuh tempo Notes tersebut adalah tanggal 7 Aug.
Menghitung besarnya bunga(Interest) yang harus diterima:
Dibayar pada saat jatuh tempo.
Jika PT. ADDD membayar pada tanggal 7 Aug maka besarnya bunga dihitung sbb:
Interest = 14/100 x 90/360 x 10.000 = Rp. 350.
Dan jurnalnya dicatat sbb:
Cash………………………………10.350
Notes Receivable………………………10.000
Interest Income…………………………… 350

interest-rev-on-NR
Dibayar sebelum tanggal jatuh tempo.
Jika PT. ADDD membayar pada tanggal 17 Juni maka besarnya bunga dihitung sbb:
Menghitung lama hari jika pembayaran dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo(Due Date):
Bulan Mei (31 hari – 9 hari)…………..………= 22 hari
Bulan Juni (30 hari – 17)……………………. = 13 hari
Total hari……………………………..……….. = 35 hari
Maka perhitungan bunganya adalah sbb:
Interest = 14/100 x 35/360 x 10.000 = Rp. 136,111 (dibulatkan menjadi Rp. 136).
Dan jurnalnya dicatat sbb:
Cash………………………………10.136
Notes Receivable………………………10.000
Interest Income…………………………… 136

Pengertian dan Pencatatan Notes Receivable(3).

Sebuah Notes Receivable dapat digadaikan ke Bank, biasanya disebut sebagai pen-Diskonto-an.

PT. ANN menerima wesel tagih senilai 1.800 berjangka waktu 90 hari , dan berbunga 8% dari PT. PRR, tertanggal 6 April, didiskontokan ke bank pada tanggal 9 Juni dengan bunga 11%.
Nilai nominal wesel tertanggal 6 April…………………………… 1.800
Bunga wesel (90 hari, 8%)………………………………………………. 54
Nilai jatuh tempo wesel per 5 Juli…………………………………. 1.854
Diskon atas nilai jatuh tempo ( 26 hari dari
9 Juni hingga 5 Juli , dengan bunga 11%…………………………… 14,30
Hasil tunai…………………………………………………………………. 1.839,70
Jurnal: 9 Juni
Cash/Kas………………………………… 1.839,70
Notes receivable/Wesel tagih…………………… 1.800
Interest Revenue/Pendapatan bunga…………….. 39,70
 

 

Pengertian dan Pencatatan Notes Receivable(4).

NR 
Pada tanggal 4 April PT. NUU melakukan penjualan pada PT GOO dan menerima Wesel Tagih senilai Rp. 1.500 tertanggal 9 April dengan jangka waktu 90 hari dengan tingkat suku bunga 9%.
Maka Jurnal pada tanggal 4 April adalah:
Notes Receivable………………….. 1.500
Sales………………………………………… 1.500
Tetapi pada tanggal jatuh tempo(due date) 3 Juli PT. GOO tidak melakukan pembayaran, maka PT. NUU pada tgl 4 Juli harus membuat jurnal sbb:
Account Receivable………………………. 1.635
Notes Receivable……………………….. 1.500
Interest Income…………………………….. 135
Pembayaran Notes Receivable setelah jatuh tempo.
Mengacu pada transaksi tersebut diatas, PT GOO pada tanggal 10 Juli melakukan pembayaran.
Maka jurnal yg dibuat PT NUU adalah sbb:
Cash……………………………………….. 1.635
Account Receivable………………………. 1.635

 

Accounting for Uncollectible Account.(Akuntansi untuk Piutang yang tak tertagih).

bad-debt 
Untuk menanggulangi piutang tak tertagih, Akuntansi menyediakan 2(dua) metode, yaitu:
  • Allowance Method(Metode Penyisihan), yaitu membuat estimasi jumlah piutang yang tak tertagih sebelum piutang tersebut dihapuskan.
Pada AKHIR PERIODE dibuat DANA CADANGAN untuk memperkirakan besarnya Piutang yang tidak tertagih.
Jurnal untuk mencatat estimasi jumlah piutang tak tertagih, yaitu:
Bad Debts expense/Beban Piutang tak tertagih…………………. 999.999
Allowance for Doubtful Accounts/Penyisihan Piutang Ragu-ragu…………….. 999.999
Jurnal pada saat sebuah Piutang benar-benar tidak tertagih/Piutang dihapuskan:
Allowance for Doubtful Accounts/Penyisihan Piutang Ragu-ragu… 12.300
Account Receivable………………………………………………………………………………. 12.300
Jika Piutang yang sudah dihapus ternyata dibayar oleh pemilik hutang, maka jurnal sbb:
Account Receivable…………………………… 12.300
Allowance for Doubtful Accounts/Penyisihan Piutang Ragu-ragu…………. 12.300
Cash……………………………………………….. 12.300
Account Receivable………………………………………….. 12.300
Apabila pembayaran Piutang yang sudah dihapus dilakukan pada tahun yang berbeda, maka jurnalnya sbb:
Account Receivable/Piutang………………. 12.300
Gain/Profit from Doubtful Accounts……………………… 12.300
Cash………………………………………………. 12.300
Account Receivable…………………………………………… 12.300
  • Direct Write-off Method (Metode penghapusan langsung).
    Metode ini hanya akan mencatat/menjurnal penghapusan piutang pada saat sebuah piutang benar-benar tidak tertagih.
Jurnalnya sebagai berikut:
Bad Debts Expense……………………….. 19.000
Account Receivable…………………………………………. 19.000

Membuat Estimasi Jumlah Piutang tak tertagih.

Jumlah piutang yang disajikan dalam neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang diperkirakan dapat direalisir (Net realizable value).
Untuk itu harus dilakukan prediksi terhadap jumlah piutang yang mungkin tidak akan tertagih. Piutang yang tidak tertagih diakui sebagai kerugian piutang.
Untuk menentukan besarnya piutang yang wajar perlu dibentuk cadangan penghapusan piutang (Allowance for Bad Debt)
Ada 3 cara untuk menaksir besarnya cadangan penghapusan piutang:
  • Menggunakan analisis umur piutang (Aging Schedule)
    Semakin lama sebuah piutang melewati waktu jatuh temponya maka semakin besar prosentase tidak tertagihnya. 
  • aging-sched-of-AR
  • Taksiran dari jumlah penjualan kredit selama satu periode
    Metode ini mengacu pada pengalaman atau data dari periode sebelumnya.
percentage-of-net-sales

 

 

 

 


 


 


 


 

 

 



 

 

 

 

0 komentar: